Minuman Tradisional Khas Indonesia |
Bir Pletok
Bir pletok adalah salah satu minuman khas dari Betawi. Bir pletok ini terbuat dari rempah-rempah. Bahan utama bir pletok adalah rebusan jahe tua, secang, serai, daun pandan, merica hitam dan kayu manis. Untuk menghasilkan bir pletok yang mantap di perlukan jahe gajah yang sudah tua.
Walupun namanya bir, minuman ini tidak mengandung alkohol. Bir pletok ini justru menghangatkan dan menyegarkan badan. Selain itu bisa dijadikan pelepas dahaga bila diminum dengan es. Bir pletok dinamakan bir karena dahulu kala ada orang Betawi gedongan yang banyak bergaul dengan orang Belanda. Mereka sering melihat cara dan kebiasaan orang Belanda yang minum bir.
Limun Sarsaparilla
Limun sarsaparilla sangat terkenal pada era 1950-an di Yogyakarta. Ini merupakan minuman bersoda yang kerap kali dijuluki Cola Jawa. Ketika itu, limun sarsaparilla merupakan jenis minuman elit yang membawa gengsi sosial tertentu pada konsumennya.
Minuman ini dianggap moderen dan berkelas pada zamannya. Limun sarsaparilla memiliki rasa yang khas di lidah. Ketika di minum, ada aroma seperti mint yang mendatangkan efek lega di rongga hidung. Limun sarsaparilla juga mendatangkan efek bersendawa dan dipercaya mampu menyembuhkan masuk angin.
Lahang
Air nira atau aren yang dijual para pedagang air bambu atau air lahang ini berasal dari tanaman aren atau nira. Para penyadap air nira mengumpulkan airnya dari tandan buah nira yang dipapas. Airnya ditadahi oleh wadah dari plastik atau bambu. Air nira yang ingin dijadikan minuman segar, harus segera dimasak ketika didapat. Soalnya, kalau dibiarkan sampai lebih dari enam jam, air nira itu akan berubah asam dan agak berbusa.
Setelah direbus, air nira itu di dinginkan dan dimasukkan ke dalam tabung bambu. Lalu, pecahan es batu dimasukkan ke dalam tabung bambu itu sehingga air nira menjadi dingin di dalamnya. Untuk air nira rebus, tidak perlu ditambahi air dan gula. Setelah dimasukkan ke dalam tabung, tutup dengan penyumbat dari kayu yang ujungnya diberi lubang untuk keluarnya air nira. Bila ada orang yang mau beli, tabung bambunya diangkat dan dimiringkan ke gelas atau plastik.
Sirup Kawista
Sirup kawista adalah minuman khas kota Rembang. Minuman ini berbahan utama sari buah kawis. Sirup kawista sendiri dibuat dari buah kawista yang dicampur gula dan air. Kawista adalah kerabat dekat maja dan masih termasuk dalam suku jeruk-jerukan (Rutaceae).
Buah ini tergolong cukup langka di Indonesia karena hanya bisa tumbuh di daerah kering/panas. Kawista relatif tahan kondisi buruk (kering atau tanah salin) dan tahan penyakit. Asalnya adalah dari India Selatan hingga Asia Tenggara dan Jawa.
Purwaceng
Purwaceng adalah salah satu minuman pavorit khas pelancong yang bepergian ke Dieng. Minuman khas Dieng ini sangat cocok dinikmati di daerah yang berhawa dingin seperti Dieng. Purwaceng ini tumbuh baik di Dieng di ketinggian di atas 2000 meter di atas permuakaan laut.
Purwaceng merupakan tumbuhan berkhasiat seperti ginseng dan memiliki rasa yang khas yaitu pedas. Untuk pembudidayaan tanaman purwaceng juga sangatlah sulit dan waktu pembudidayaannya terbilang lama tidak seperti kentang yang hanya tiga bulan dan tanaman carica yang cara tumbuhnya mudah.
Wedang Uwuh
Wedang yang satu ini memiliki citarasa yang khas. Kata 'wedang' berarti air minum panas dan 'uwuh' bermakna sampah. Minuman ini dinamakan begitu lantaran di dalamnya terdapat berbagai macam rempah yang masih dalam bentuk asli, tanpa dihaluskan.
Genangan rempah dalam rendaman air panas sekilas terlihat seperti mengotori tampilan secangkit wedang. Padahal, sampahnya berupa aneka rempah yang menghangatkan dan beraroma, yakni cengkeh, jahe, kayu secang, kayu manis, pala, akar dan daun serai, serta kapulaga.
Sarabba
Ini adalah minuman khas masyarakat Bugis Makassar. Sarabba hampir sama dengan bandrek. Bedanya bandrek terbuat dari jahe dan gula merah saja. Nah, sarabba ini menggunakan santan. Rasanya? Segar sekali, apalagi jika diminum saat badan sedang flu, masuk angin, atau saat cuaca dingin.
Campuran santan dan gula merah membuat sarabba menjadi lebih kental dibandingkan wedang jahe. Rasa hangat dan pedasnya, selain dari jahe, juga dari merica. Jenis minuman ini masih banyak ditemui dimana saja di pelosok Kota Makassar, tetapi kebanyakan dijajakan pada malam hari.
No comments:
Post a Comment